Jumat, 18 Desember 2015

Sumber Air yang Memanggil dari Kejauhan "Wae Merrungnge"

Traveller JJS menyebut tempat ini dengan sebutan "Blue Water Sound" Pict by @kakaalbi
Selasa, 8 Desember 2015, JJS Makassar dan JJS Gowa  membuat sebuah tim yang berjumlah 19 orang untuk mengadakan ekspedisi  guna mengeksplorasi  Telaga Wae Marrungnge yang tepat berada di Desa Tompo Balang, Kelurahan Kalabbireng, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros Sulawesi  Selatan. Telaga wae Marrungnge atau yang dikenal juga dengan sebutan “Blue Water Sound”mempunyai arti sendiri yang dari asal katanya “wae” berarti “air” dan “Marrungnge” berarti “bunyi yang keras” yang bila di gabungkan Wae Marrungnge bisa diartikan sebagai “Mata Air yang Memanggil-manggil dari Kejauhan”.
Traveller berdoa sebelum berangkat di Meeting point 1 Warkop TB
Sebelum berangkat kesana, meeting Point kami tetapkan di Warkop Tirai Bambu yang juga menjadi BaseCamp JJS Makassar sehari-hari. Jarak yang harus kami tempuh dari meeting point sampai ke starting point trekking kurang lebih 60km. Setelah seluruh tim terkumpul di meeting point yang ditentukan dan memastikan tidak ada barang yang terlupa, kami langsung melakukan brieffing singkat dan doa bersama demi keselamatan di perjalanan. Untuk mempersingkat waktu dan menghindari turunnya hujan, kami langsung melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor ke tempat starting point yang berada di kawasan bantimurung.

Tepat pukul 14.30 WITA kami tiba di starting point. Setelah memastikan kendaraan terparkir dengan baik dan aman, kami pun melakukan registrasi untuk memasuki kawasan trekking  dengan membayar biasa registrasi sebesar 10rb rupiah per orang. Setelah registrasi dan kembali memastikan barang bawaan lengkap, kami kembali melakukan brieffing pendakian dan doa bersama. Estimasi waktu untuk sampai ke telaga Wae Marrungnge dari starting point sekitar 3 jam. Setelah registrasi dan kembali memastikan barang bawaan lengkap, kami kembali melakukan brieffing pendakian dan doa bersama. Estimasi waktu untuk sampai ke telaga Wae Marrungnge dari starting point sekitar 3-4 jam.
Tim berada di Start point di desa Kalabbireng, Bantimurung Maros
Dalam trekking kali ini tim mendapati medan yang sangat sulit, mulai dari genangan air dan lumpur di awal perjalanan yang menyulitkan tim untuk berjalan, sampai ke bebatuan berlumut yang juga disertai tanah berlumpur yang lumayan berbahaya, membuat tim berjalan sangat berhati-hati. Belum lagi medan menanjak dan turunan yang bila dihitung kurang lebih ada 12 tanjakan dan 13 turunan yag harus dilalui sangat meguras tenaga seluruh tim dari ekspedisi  Wae Marrungnge ini.
Karena medan yang sangat sulit, dan kurang nya persediaan air minum serta tidak ada nya sumber air selama perjalanan membuat tim sempat kewalahan dan memakan waktu yang agak lebih lama dari estimasi waktu biasanya.
Kondisi medan yang sangat curam dan licin
Salah satu traveller cantik daianta 3 org lainnya yang ikut dalam Perjalanan ini
Setelah berjalan sekitar 3 jam lebih, malam pun mulai menyelimuti, dan kami pun mengeluarkan seluruh alat penerangan yang telah disiapkan dari awal. Setelah setengah jam berjalan dan kurangnya air, leader tim pun juga mulai kurang fokus dan kami pun tanpa disadari sudah keluar dari jalur, dan kembali ke jalur yang telah dilewati sebelumya da memakan waktu yang cukup lama. Kami pun melanjutkan kembali perjalanan karena hari sudah semakin malam, dan bekal air pun sudah habis. Sekitar 200 meter sebelum tiba di telaga Wae Marrungnge, tim pun sudah mulai mendengar suara arus air yang cukup keras, dan disini lah kami mengerti kenapa telaga ini disebut “Wae Marrungnge” ( Mata Air yang Memanggil-manggil dari Kejauhan ). Tapi perjuangan kami belum selesai untuk sampai ke telaga Wae Marrungnge. Kami masi dihadapkan dengan medan terjal sekitar  70 derajat berlapiskan tanah dan bebatuan yang cukup licin dan memaksa kami untuk memasang tali pengaman ( webbing ) untuk keamanan seluruh anggota tim dalam menuruni medan tersebut yang kurang lebih jauhnya sekitar 100 m.
Rasa penasaran kami terhadap sumber air tesebut, meskipun malam kami tetap melanjutkan perjalanan
Waktu telah menunjukkan pukul 23.00 itu berarti perjalanan kami telah memakan waktu sekitar kurang lebih 7 jam perjalanan. Setelah tali pengaman pun terpasang, satu persatu anggota tim turun meggunakan tali tersebut dengan hati-hati sampai akhirnya seluruh aggota tim pun tiba di finish point “Telaga Wae Marrungnge”, tapi karena hari sudah gelap, mata kami pun belum termanjakan oleh indahnya telaga ini, tim pun langsung meyiapkan peralatan memasak dan bahan makanan yang akan dimasak untuk makan malam, dan setelah makan malam beberapa dari kami menyiapkan tenda untuk camp, karena keterbatasan tempat, beberapa dari anggota pun terpaksa ada yang beristirahat di hammock dan Sleeping Bag yang hanya beralaskan matras. Dan perjuangan kami untuk melihat salah satu dari jutaan keindahan Indonesia dihari pertama pun selesai tanpa halangan yang berlebih.
Muka lelah mulai terpasang di wajah para Traveller tapi urusan perut harus diutamakan
Hari ke Dua
Rabu, 9 Desember 2015, pada pagi hari setelah terbangun dari istirahat kami, telaga Wae Marrungnge pun menampakkan dirinya menjadi sebuah keindahan yang sangat tidak disangka oleh seluruh anggota tim, betul-betul diluar espektasi kami yang biasanya acuan kami adalah foto pasti lebih baik diliat daripada aslinya ternyata Telaga Wae Marrungnge berbeda dan bahkan menurut saya Telaga Wae Marrungnge jauh lebih indah dari foto yang dilihat. Dimulai dari jajaran pepohonan yang rindang, berkolaborasi dengan air telaga yang jernih, sangat memanjakan mata kami seluruh anggota tim. Tanpa membuang waktu karena kami harus segera kembali ke starting point secepatnya agar tidak sampai kemalaman lagi, sebagian dari tim pun langsung menyempatkan diri untuk merasakan segarnya air di Telaga Wae Marrungnge dengan berendam dan berenang. Tidak ada satupun juga dari kami yang tidak megabadikan dirinya bersama dengan telaga ini, karena keindahaannya yang sangat menakjubkan, tempat ini memliki segalanya.
Menikmati segarnya Mata Air Wae Merrungnge-Hulu Air Terjun Bantimurung..pict by @daenganno
Tampak atas foto lokasi Wae Merrungnge, dikelilingi tebing tinggi dan popohanan yang lebat
Wae Merrungnge di Kala Pagi Hari..pict by @kakaalbi
Setelah puas menikmati semua yang disediakan tempat ini, kami pun bergegas mengolah bekal yang dibawa untuk dimakan bersama sebelum melanjutkan perjalanan kami kembali ke starting point.
Seusai makan siang kami pun langsung mengatur barang-barang bawaan dan mengecek kembali sebelum meninggalkan tempat ini, dan tak lupa tim melakukan foto bersama yang juga diikikuti oleh beberapa warga sekitar yang salah satunya adalah teman kita yang menemukan jalur ketempat ini, dan ternyata dari beliau kita mengetahui bahwa disinilah mata air sungai yang mengalir sampai ke Air Terjun Bantimurung yang menjadi salah satu landmark dan spot wisata terkenal di Sulawesi Selatan bahkan Indonesia.
Teman-teman traveller bergeas untuk balik kanan
Sebelum pulang mari berdoa menurut kepercayaan dan agama masing-masing
Dalam perjalan pulang pun kami masih dihadapkan oleh beberapa rintangan, mulai dari panasnya udara karena medan trekking yang berada diantara bukit-bukit tinggi, dan kami juga harus membawa persediaan air yang cukup untuk seluruh aggota tim yang membuat beban bawaan kami bertambah berat. Setelah kurang lebih 1 jam perjalan, langit pun berubah menjadi mendung dan tidak lama kemudian turun hujan yang cukup keras sampai membuat basah dari ujung kepala sampai ke kaki, untungnya seluruh anggota tim sudah mempersiapkan diri dan mempacking barang agar tidak tembus air. Dan karena curah hujan yang cukup deras pun, medan yang dilalui pun semakin bertambah sulit, karena tanah yang kemarin kami lewati basah dan berlumpur, bebatuannya pun semakin licin. Beberapa dari anggota tim pun sempat terjatuh dan ada juga yang mengalami cedera ringan. Tetapi alhamdulillah seluruh tim dapat tiba kembali di starting point dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapu, walaupun beberapa ada yang kelelahan.

Kesimpulan:
Setelah menyelesaikan perjalanan ini, kami pun mengambil kesimpulan bahwa medan disana cukup sulit, bahkan jika dibandingkan dengan medan pendakian G.Bulusaraung, medan ke Wae Marrungnge sepertinya lebih sulit dikarenakan beberapa faktor. Jadi para traveller yang berencana untuk datang kesana, wajib mempersiapkan diri baik fisik, mental, maupun alat-alat pendukung lainya.

Yang wajib diantisipasi sebelum melakukan Trekking ke Telaga Wae Marrungnge:
1.Tidak adanya sumber air selama di perjalanan hingga sampai di telaga
2.Medan bebatuan yang licin dan berlumpur cukup membahayakan
3.Medan yang curam dan licin
4.Setidaknya ada 12 jalur tanjakan dan turunan yang saling rapat, dan sedikitnya jalur landai/ datar
5.Kurangnya camping ground (tempat mendirikan tenda), perhitungan kami hanya sekitar 3-4  tenda yang bisa berdiri di sekitar telaga Wae Marrungnge
6.Binatang-binatang liar

Barang yang wajib dibawa/dipakai saat trekking ke Wae Marrungnge:
1.Wajib memakai sepatu gunung
2.Hammock untuk mengakali sempitnya camping ground
3.Tali webbing
4.Persediaan air yang cukup
5.Alat navigasi (kompas, peta, GPS, dll)

Demikian cerita pengalaman kami kali ini, semoga dapat membantu kalian yang berencana melakukan perjalanan ke tempat ini, satu pesan kami yaitu dimanapun kalian berada dan kemana pun kalian pergi utamakan keselamatan dibanding yang lainnya, karena tanpa itu, semua yang kita lakukan bisa menjadi sia-sia. SALAM PEJALAN!


Penulis adalah salah satu member JJS Makassar : Geraldo Rumagit dan Siska Ulfa Sari

Related Posts

Sumber Air yang Memanggil dari Kejauhan "Wae Merrungnge"
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.